Blogger Widgets Assalamu'alaykum, Willkommen, 안녕하세요, Selamat datang di Blog Desy!

Total Pageviews

Saturday, June 6, 2015

Hatiku Berhenti di Kamu

www.desyhause.blogspot.com
Pantai Siring Kemuning, Bangkalan. Madura, Indonesia

"Aku ingin menjadi yang halal bagimu, yang akan kau kecup keningnya, yang akan kau hapus air matanya, yang akan kau imami di setiap sholatmu, dan yang akan selalu kau sebut dalam doamu." 
--Noura dalam novel dan film Ayat-ayat Cinta.


Petikan surat cinta Noura di atas kepada Fahri bagi saya sangat menyentuh sekali. Noura sangat mengagumi Fahri dan berharap cintanya akan terbalas. Namun, jika belum berjodoh, harus bilang apa? Apakah harus dipaksakan? Fahri pun juga tak bisa disalahkan. 

Pernah nggak sih, memiliki rasa cinta seperti kasus Noura? Pasti sakitnya tuh di hati banget ya. Jatuh cinta dengan seseorang, tetapi orang tersebut tak mencintai diri kita bahkan dengan mudahnya menikah dengan orang lain. Bisa nangis bombay deh, apalagi wanita. Mungkin jika pria bisa dengan cepatnya move on dan mencari pengganti yang lain. Tapi bagaimana dengan hati wanita yang cenderung sangat sensitif?

Ada kasus lain, ada cowok dan cewek yang sebenarnya sama-sama mencintai. Tapi yang cowok nggak berani bilang langsung ke sang cewek. Dan tahu sendiri dong, kalau cewek itu cuma hanya bisa memendam rasa dalam hati. Jika cewek suka sama cowok bisanya cuma menunggu aja si cowok berani langsung menyatakan cintanya. Iya nggak? Bahkan biasanya si cewek udah suka kasih kode suka gitu sama si cowok. Tapi si cowok teteeeep aja pura-pura nggak tahu dan nggak berani bilang kalau sebenarnya suka. Gemes banget, kan?


Kalau dari kasus barusan jadi inget film China, kisah cintanya sama banget. Akhirnya si cewek juga yang bilang cinta dan akhirnya menikah. Tapi mungkin takdir berkata lain, setelah menikah, sang cowok harus segera pergi meninggalkan cewek selama-lamanya. Walaupun takdir menuliskan cinta yang amat singkat. Namun hati sang cewek memang berhenti di cowok itu. So sweet.

Mungkin begitu juga dengan kita. Kita? Lu aja kali, Des. Saya punya teman yang sudah lama berpacaran bahkan hampir menginjak angka 10 tahun bersama. Wow, amazing, right? Tapi, apakah berakhir di pelaminan, kisah cinta mereka dan hidup bersama dalam rumah tangga? Sayangnya, tidak. Mereka harus berpisah saat ini, mungkin memang bukan jodohnya. So, pacaran pun yang biasa orang katakan sebagai masa penjajakan antara sepasang laki-laki dan perempuan yang saling mencintai pun, tidak menjamin nantinya akan berjodoh. 

Lain lagi sama teman saya yang lain. Dulu sekitar 3 tahun setelah lulus SMA, ditanya siap nikah nggak. Dia bilang siap, insya Allah. Ternyata teman saya langsung bertukar biodata dengan seorang laiki-laki yang sama sekali belum dikenalnya. Didampingi teman lain yang sudah menikah, teman saya dan calon suaminya melakukan tanya jawab seputar menikah. And then, that's amazing. Tidak sampai dua minggu, teman saya ini ikhlas kepada Allah bahwa jodohnya itu pilihan Allah. Dan sang calon suami mengabarkan positif cocok akan menikahi teman saya ini. 

Pertemuan dua keluarga sudah dilakukan. Hari pernikahan pun tiba. Teman saya bahagia bersama suaminya. Padahal, suaminya itu baru dia kenal hanya dengan waktu yang sangat singkat. Tapi, kehendak Allah tak ada yang bisa mengelak. Allah sudah menentukan kehidupan yang terbaik bagi teman saya. See? Teman saya berpacaran setelah adanya janji suci yang diucapkan. Halal, insya Allah. Berkah bahkan menjadi pahala terbesar dan menyempurnakan separuh agama bagi mereka yang menikah. 

Saya tidak menjudge teman saya yang berpacaran selama 10 tahun itu tidak baik, tidak sama sekali. Itu hanya sebagai pelajaran bagi kita, bahwa tak sepenuhnya apa yang kita sukai akan berujung baik bagi diri kita. Dan sebaliknya, yang kita benci ternyata buruk bagi kita. Allah tahu segalanya yang ada dalam diri kita. Toh nantinya penyesalan akan datang di akhir, tak mungkin sesal akan datang lebih dulu.

Sudah saling sayang, mencintai, namun harus berpisah pada akhirnya. Apa itu hal yang sepele? Sebagai wanita, apakah hatimu tak sakit, jika sudah sering bersama namun berakhir dengan hal menyakitkan yang akan terkenang seumur hidup? Menangis? Tentu. Tapi tak hanya sampai disitu, beban psikis mungkin akan terganggu. Jika itu sangat berat, hati pun sudah terluka. Bagian yang tadinya terisi hal penuh cinta, namun kini perihnya yang terasa dan menyembuhkannya pun memerlukan waktu. Waktu yang lama atau cepat? Jawabannya ada pada hati yang tersakiti itu.

Kini pilihannya ada pada diri masing-masing. Ingin mengisi hati yang awalnya kosong dan selalu dipenuhi oleh cinta. Atau yang kosong, diisi oleh cinta namun akhirnya terluka dan rela menyembuhkan luka tersebut agar bisa diisi kembali. 

Hati tak bisa dibohongi. Hati ingin menyimpan rasa cinta yang indah dengan seseorang yang membagi hatinya pula. Hatiku untukmu, hatimu untukku. Di dalamnya sudah ada bagiannya masing-masing. Sampai saat ini jika hati belum bisa membagi hatinya untuk orang yang akan menemani hari-hari bersama. Maka jaga hati jangan sampai terkotori bahkan ternodai. Hati yang bersih ini dipersembahkan untukmu, yang akan mengisi ruang-ruang hatiku dan menempati bagian terbesar di hatiku. Hatiku berhenti di kamu, kamu yang mengambil bagian hatiku dan mengisinya oleh cinta ikhlasmu serta berjanji suci untuk tidak menyakitinya sampai kapan pun di hadapan sang pemilik hati.

#NulisRandom2015
#Day6

2 comments:

  1. Tulisan yang menyentuh Mbakku.. Semoga segera dipertemukan takdir terbaiknya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jazakillah khoir say, amiinnn doa yang sama untukmu juga ya :))

      Delete