Cinta.
Cintamu begitu tulus. Sejak kecil hingga kini betapa cintanya dirimu padaku. Cinta yang tak berharap balas. Dapatkah diri ini membalas cintamu?
Kasih.
Kasihmu tak terhingga sepanjang masa. Kau rela melakukan apa pun demi anakmu. Maafkan diri ini yang tak bisa melakukan apa-apa untukmu. Di saat diri ini menyusahkanmu, kau tetap memberi kasihmu padaku.
Sayang.
Sayangmu teriring setiap waktu padaku. Hingga aku dewasa seperti ini, dirimu tetap khawatir kepadaku. Dirimu selalu menyayangiku hingga kapan pun.
Rindu.
Betapa hati ini merindumu. Aku tahu dirimu pasti sangat sedih ketika diri ini tak ada disampingmu. Aku pun begitu. Saat kita bertatap muka hanya dengan teknologi, ku tahu dirimu sedih. Aku pun demikian. Ingin rasanya ku peluk dirimu, tapi sayang, ku harus menunggu, saat kita nanti bertemu, di tanah air. In shaa Allah...
Maafkan diri ini Ma, sudah 4 tahun diri ini tak bersamamu, meninggalkanmu sendiri karena diriku harus menempuh pendidikan. Aku tahu dirimu sedih, tapi dirimu selalu tak memperlihatkannya. Saat senyum banggamu padaku tercurahkan pada saat diri ini wisuda, aku sangat sangat terharu dan bahagia. Walau hanya itu yang bisa kuberikan untukmu, Ma. Tapi diri ini sangat senang melihatnya. Lalu tangis yang tak terbendung pun terluapkan saat dirimu melepasku untuk kepergianku ke negeri orang. Tapi dirimu tetap tegar walaupun kita menangis bersama-sama.
Aku tahu tak seberapa diri ini jika dibandingkan dengan semua ketulusanmu padaku. Tapi satu, aku sangat mencintai, mengasihimu, menyayangimu serta merindumu, Mama... I always love you, forever...
"Kasih sayang seorang kekasih bisa saja luntur dengan seiring berjalannya waktu, namun kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya tidak akan pernah luntur walau nyawa sudah berada dalam genggaman sang pemberi kehidupan. "-anonim-
Salam Cinta, Kasih, Sayang dan Rindu untukmu, Mama...
Desy menulis sendiri di tengah hujan di kota Albstadt, Ebingen, Germany
