Blogger Widgets Assalamu'alaykum, Willkommen, 안녕하세요, Selamat datang di Blog Desy!

Total Pageviews

Friday, January 31, 2014

Maaf, kata yang memiliki segudang makna

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya saling berinteraksi satu dengan lainnya. Dalam interaksi tersebut, manusia di balik kesempurnaannya sebagai makhluk Allah, masih banyak juga kelemahan yang dimiliki. Salah satunya berbuat kesalahan, baik itu disengaja maupun tidak. Dari segala kesalahan yang kita perbuat, terkadang ada orang yang merasa terluka di hatinya jika kita berbuat salah dengannya. Ini dapat berdampak buruk walaupun hanya sebatas kesalahan kecil, tetapi bisa membuat jarak besar dalam hubungan antar personal. Lalu sudahkah kita melakukan permintaan maaf atas apa yang telah kita perbuat? Atau menyadari kesalahan yang kita perbuat dan segera introspeksi diri ini? Apakah maaf terbesit dari hati kita sendiri? Mengapa kata maaf itu sulit sekali untuk diucapkan? Mari tanyakan di hati kita masing-masing sebagai bahan renungan. 

Terkadang, rasa bersalah yang menyelimuti diri membuat hati ini merasa tidak tenang. Ada sesuatu yang mengganjal. Jika kita sakit, maka penawar rasa sakit itu biasanya dengan minum obat. Begitu pun dengan kesalahan, maaf adalah obat yang mujarab untuk meredam suatu permasalahan. Asalkan memang kata maaf itu terucapkan dengan rasa hati yang ikhlas. Tetapi kadang begitu sulit maaf itu terucapkan. Kita merasa malu atau gengsi untuk mengatakan maaf lebih dulu. Walaupun sulit, baiknya harus mencoba melatih diri serta membiasakan untuk memulai hal ini dengan bersikap rendah hati. Ingat rendah hati, bukan rendah diri. Setelah terbiasa dengan rendah hati ini, maka kata maaf sangat mudah terucapkan. Insya Allah.

Lalu, pikirkan kembali apa yang telah kita perbuat. Introspeksi diri merupakan hal yang baik untuk mengetahui kesalahan apa yang sudah kita lakukan. Ketika kita sudah merasakan adanya kesalahan dalam diri kita, maka dengan mudah kata maaf akan terucap. Diri ini seakan harus meminta maaf kepada orang-orang terdekat. Inisiatif itu muncul dengan sendirinya. Beberapa hari yang lalu, tidak tahu apa yang saya pikirkan. Tetapi, dalam diri ini merasa ada yang mengganjal. Lalu terbesit apa salahnya jika saya mengucapkan maaf. Pastinya ada rasa salah yang saya perbuat dengan teman-teman saya. Tho kata ini gratis diucapkan dan apa yang saya rasakan ketika kata itu terucap? Hati ini berkata salah satu bebanmu telang hilang atas ucapan maafmu itu. Masya Allah, indah sekali bukan? Selebihnya, tergantung dari sang pemberi maaf apakah mau memaafkan atau tidak. Namun, bagaimana pun respon orang tersebut nantinya, kita tidak boleh takut dan menunda-nunda untuk meminta maaf. 

Kata maaf dikalangan umat muslim terutama di Indonesia, biasanya identik dengan hari raya Idul Fitri atau Lebaran. Saat saya melakukan permohonan maaf pun banyak yang merespon hal itu semacam Lebaran. Maaf dengan satu kata itu, tidak harus diucapkan hanya pada saat momen Lebaran saja, tetapi seperti di atas, saat kita sudah merasa bersalah, maka cobalah untuk segera meminta maaf. Maaf kata yang memiliki segudang makna, sungguh indah dapat mengobati luka dalam rongga jiwa. Maka jangan malu serta ragu untuk mengatakan maaf.

Ya Allah,
Ketika aku melakukan kesalahan kepada orang lain, anugerahkanlah aku kekuatan untuk meminta kemaafan,
Manakala di waktu orang melakukan kesalahan kepadaku, anugerahkanlah aku kekuatan untuk memberi kemaafan.
(kata-kata ini saya kutip dari frandafashion.com)

"Sesungguhnya dibalik kata MAAF, ada janji untuk lebih baik dan tak mengulangi KESALAHAN yang sama". (anonim)

Maaf, jika selama ini saya menulis di blog pribadi ini banyak kesalahan. Kesempurnaan hanya milik Allah semata, dalam diri saya banyak sekali kesalahan. Mohon maaf sekali lagi kepada pembaca blog saya ini. Terima kasih :)

Desy yang mempunyai banyak kesalahan dan mengharap diberikan pintu maaf, 
Albstadt, Germany

Wednesday, January 29, 2014

Meine Freunde in Sprachkurs

Secara tiba-tiba terbesit mau menceritakan pengalaman saya ikut kursus bahasa Jerman di salah satu lembaga bahasa di kota sekarang saya tinggal, Albstadt, Jerman. Sekitar bulan April 2013 lalu, orang tua asuh saya di Jerman mendaftarkan saya di sekolah bahasa Jerman. Saya senang sekali, karena bisa belajar bahasa di negaranya langsung dengan pengajar yang benar-benar asli orang Jerman tentunya. Selain itu, biaya kursus disini gratis, biaya kursus ini ditanggung oleh orang tua asuh saya. 

Awal masuk, ternyata saya sudah telat atau tertinggal pelajaran. Ternyata kursus itu sudah di mulai awal bulan Maret. Saya kebetulan mendarat di Jerman akhir Maret. Jadi mau nggak mau kan masuk kursusnya ya bulan April. Tetapi itu tak mengapa, ternyata banyak juga yang telat masuk. Hari pertama saya sempat diantar oleh ibu asuh saya. Maklum saya belum tahu tempatnya dan belum mengerti nanti bagaimana disana. Sesampainya di tempat kursus, sudah ada beberapa orang yang menunggu untuk masuk kelas. Lalu saya berkenalan dengan mereka. Salah satu berasal dari Georgia dan satunya berasal dari Rusia. Ternyata mereka bilang bahasa percakapan saya sudah bagus. Padahal saya masih a i u e o deh kalau ngomong. Tetapi mereka paham dan kami langsung asyik mengobrol kala itu. 

Lalu selama kurang lebih tiga bulan, saya kursus bahasa yang tempatnya di sebuah sekolah bernama Real Schule, Albstadt. Tempat kursus itu menggunakan gedung sekolah tingkat menengah pertama (SMP) jika di Indonesia. Saya senang bisa berkenalan dengan teman-teman les yang dari berbagai negara itu. Kami sama-sama menuntut ilmu bahasa Jerman. Dan jika membuat sebuah dialog percakapan itu yang saya sukai. Karena kami selalu lucu jika berbicara, karena masih menggunakan aksen dari negara kita masing-masing. Teman saya di kelas bahasa ini sekitar delapan orang. Mereka selain dari Georgia dan Rusia, ada yang berasal dari Ghana, Yunani, Peru dan Spanyol. Lucunya, karena saya yang mempunyai body mungil di antara mereka, mereka mengira saya berumur 17 tahun. --_--
mich und meine freunde in Sprachkurs

Setelah tiga bulan lamanya, tidak terasa kursus pun berakhir. Saya lupa bahwa hari itu hari terakhir kita kursus untuk level itu. Kalau saya ingat, pasti saya akan mengusulkan ide untuk bertukar hadiah. Tetapi karena saya benar-benar lupa, maka hal itu tidak terlaksana. Alhasil kami hanya bisa foto bersama. Dari semua yang mengikuti kursus untuk level ini, tidak banyak yang akan melanjutkan ke level berikutnya. Banyak dari mereka yang sudah pindah ke kota lain. Maka kami pun hanya bisa bertegur sapa melalui media sosial. Terakhir, kemarin tanggal 28 Januari 2014, saya mengunjungi salah satu teman yang memang tinggal tidak jauh dari kediaman saya. Dia berasal dari Ghana dan menikah dengan lelaki Jerman dan baru saja dikaruniai seorang putri. Jadi kemarin saya berkunjung ingin melihat bayinya dan bersilaturahmi dengannya.
me with my friend from Ghana n her baby


Senang bisa berkenalan dan berteman dengan orang yang negara, bangsa, suku, agama, bahasa serta budayanya berbeda dengan kita. Sesuai dengan firman Allah SWT di dalam Al-Qur'an :
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal..."
(Q.S Al Hujurat 49 : 13)
"Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu, dan kulitmu. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui". (Q.S Ar Ruum : 22)

Albstadt, Germany

Saturday, January 25, 2014

Bonjour Paris ^^

Hari kedua di Paris, saya dan kawan berencana mengunjungi Disneyland serta keliling Eiffel di siang hari. Karena kami sebelumnya pulang larut, jadi badan masih yang capek dan kurang fit. Tapi tetap tak menghalangi niat kami keliling dong, tetap semangat!. Sekitar pukul 07.30 kami bergegas untuk sarapan dan siap-siap sekalian untuk check-out dari hotel juga. Ya, kami memang hanya semalam menginap, karena malam hari ini langsung balik ke Aachen. Makanya hari terakhir di Paris jadi nggak akan disia-siakan. 

Setelah sarapan, saya dan teman langsung ke bis tur untuk meletakkan koper. Karena nggak mungkin kami bawa-bawa koper untuk jalan-jalan. Trus niat kami ke Disneyland bukan untuk masuk ke arena bermain. Tetapi cuma mau foto-foto di depan Theme Parknya aja, (dasar ya, nggak mau rugi, hahaha). Soalnya itu kan cuma tempat main-main seperti Dufan di Jakarta. Jadi nggak masalah deh nggak masuk juga, tho yang penting bisa foto-foto di depan pintu masuknya. 

Saat mau meletakkan koper, kami tanya juga ke pihak tur, bisa nggak kami numpang samapi depan pintu masuk Disneyland. Eh ternyata mereka minta pembayaran sebesar 7 Euro. Ya ampun komersil banget kan nih agen tur. Padahal itu bis tur kami yang tujuan pagi itu juga mau ke Disneyland. Setelah kami pikir-pikir, kami memutuskan nggak ikut rombongan bis tur kami, jadi kami pisah. Dan nanti malam kami harus kumpul bareng rombongan di tempat jadwal tur terakhir yaitu di tempat Bootsfahrt. 

Jadi saya dan teman harus jalan lagi nih ke stasiun metro terdekat dengan hotel menuju Disneyland. Nama stasiun metro yang terdekat dengan hotel kami adalah La Defense. Dan alhamdulillah karena mesin tiketnya rusak, ternyata saat tahun baru dari tadi malam sampai hari ini tanggal 1 Januari tiket untuk semua transportasi di Paris gratis. Jadi kami bebas deh keluar masuk tanpa beli tiket. Alhamdulillah nggak bareng tur bis kami, karena kalau kami tadi pilih ikut rombongan kena bayar 7 Euro. Sedangkan ini gratis, tis, tis. Kami lihat disitu setelah naik metro harus naik kereta beneran. Maksudnya bukan kereta metro, tapi kereta biasa. Tibalah kami di stasiun kereta Nation Station dan harus menggunakan RER A line A menuju Marne-laVallee. Perjalanan dari kota Paris menuju Disneyland menggunakan RER A ini sekitar 35 menit. 

Pukul 11.00 kami sampai di Disneyland Paris. Lalu apa yang kami lakukan? Kami cuma foto-foto di sekeliling area pintu masuk Disneyland sama lihat-lihat pengunjung yang antri di pintu masuk, hahaha. Tapi yang penting kan sudah pernah kesana dan ada gambarnya. Masalah main di dalam theme parknya mah urusan belakang. So, we have fun here!.

Tahun Baru-an di Eiffel

Setelah menjelajah kota Pak Habibie di Aachen dan ibukota Jerman, Berlin, lalu saya melanjutkan perjalanan ke ibukota Perancis, Paris. Ya, setelah melewati banyak problem dalam pemesanan tiket, akhirnya saya berangkat ke Paris juga. Hari itu tanggal 30 Desember 2013 bertepatan dengan hari ulang tahun saya, hehehe, saya dan teman yang di Aachen sudah menyiapkan bekal makanan untuk kegiatan jalan-jalan kami di Paris. Ya, kami kali ini ingin berhemat, karena sudah memakan biaya yang cukup banyak di Berlin. Kebetulan kami yang memesan tiket tur ke Paris bersama agen tur yang bernama Mango Tours (ini agen tur di Jerman) harus kumpul di sebuah Tankstelle (pombensin) Shell di Eckenerstrasse 2, Aachen pada pukul 01.45 dini hari berarti sudah masuk tanggal 31 Desember 2013. 

Sekitar pukul 00.45 kami berdua bergegas ke tempat kumpul tur itu. Cuaca dingin yang sampai menusuk ke tulang tak mengurungkan niat kami (ya iyalah kita udah beli tiket gitu lho, trus ke Paris pula). Kami menuju Haltestelle (halte bis) dan menunggu beberapa menit bis untuk tujuan ke Tankstelle itu. Jalanan sepi sekali, kami berdua seperti anak hilang, bawa koper, bawa ransel, kecil-kecil pula badannya, tengah malam berkeliaran, hahaha. Bis pun datang, kami langsung naik, ternyata banyak juga yang masih naik bis, saya kira hanya kami berdua yang akan keluar tengah malam kayak gitu, tahunya banyak juga orang yang masih melakukan aktivitas. Sekitar 15 menit perjalanan, kami sampai di Tankstelle dan karena udara sangat dingin, kami mencari tempat hangat untuk menunggu. Ternyata hanya ada toilet, tapi nggak mungkin juga berdiam diri di toilet terus. Sudah banyak juga rombongan yang ikut tur berdatangan ke Tankstelle ini. Nggak lama datang beberapa bis, kami kira bis yang tur dari travel itu nggak banyak, tapi ternyata banyak juga. Dan nggak hanya ke Paris tujuannya, ada yang ke London juga. Kami berdua bener-bener udah kayak anak hilang deh. Yang menggunakan jilbab hanya kami berdua, body kami kecil, pokoknya teridentitas banget deh kami tuh. Kami bingung nih, bis untuk Silvester Tour 3 (nama paket tur kami) kok nggak muncul-muncul? Bis yang lain udah pada bermunculan dan rombongan sudah siap-siap berangkat. Kami berdua sudah mulai was-was dan tanya ke petugas turnya juga. Akhirnya bis kita datang juga. Trus cuma di cek nama aja sama di tiket kami, langsung deh naik ke bis. Kalau boleh jujur, dari semua bis yang tadi parkir untuk tur, bis kami aja yang jelek dan nggak banget deh. 

Mulai perjalanan menuju Paris, karena tengah malam juga, yang pasti kami berdua langsung tepar, alias tidur di bis. Dari semua yang ikut tur ini, mayoritas pergi bareng pasangannya, alias pacar. Ada sih yang kayak saya juga, teman, cewek dengan cewek. Tapi kebanyakan ya bareng sama pacarnya. Sekitar pukul 05.30 pagi kami sampai di sebuah pemberhentian ada restoran dan toilet. Kami sudah sampai di perbatasan kota Paris, mungkin sekitar 2 jam lagi kami akan sampai di Paris. Lalu saya dan teman langsung ke toilet dan alhamdulillah belum penuh toiletnya. Karena setelah kami selesai dari toilet itu yang antri panjang banget, mirip antrian audisi Idol mungkin, hehehe. Trus bingung mau ngapain, mau tidur lagi balik ke bis, eh bisnya di kunci, trus kami membawa bekal di setiap ransel masing-masing, jadi alhamdulillah kami langsung makan bekal di bawah pohon dan itu masih pagi buta, masih gelap banget. Nggak lama lagi asyik makan, hujan turun, awalnya masih gerimis, karena takut lebat, kami langsung lari ke dalam restoran untuk berteduh. Ternyata hujannya lumayan lebat juga. Sekitar pukul 06.30 kami langsung menuju bis dan bersiap melanjutkan perjalanan.

Sunday, January 19, 2014

Finally, foto juga di Tembok Berlin!!!

Tepat tanggal 26 Desember 2013 kemarin saya berangkat ke Berlin dari Aachen. Saya pergi dengan dua orang teman (yang di pos sebelumnya sudah saya ceritakan) dan beberapa teman lainnya dari stasiun Aachen Rothe Erde menuju Köln. Kenapa di Köln? Ya, kami total yang berangkat ke Berlin hari itu sebanyak delapan orang (klo ga salah sih segitu ya). Kami naik bis dari Köln menuju Berlin. Jadi kami dari Aachen harus ke Köln dulu untuk menunggu bis di pemberhentian bis khusus. Kami pesan tiket sudah dari jauh-jauh hari melalui online booking. Kami naik Flix Bus (nama bisnya) seharga 19 Euro. Bisnya termasuk bis bagus lho, gratis koneksi WiFi, trus bisa nge-cas hp juga lho, pokoknya nyaman banget. Tersedia juga makanan dan minuman, tapi yang ini nggak gratis alias kudu bayar, hahaha. Perjalanan dari Köln menuju Berlin di tempuh selama kurang lebih 8 jam. Lama juga ya, trus bisnya juga harus berhenti di Dortmund, di Hannover sama satu lagi saya lupa nama tempatnya. Jadi semacam istirahat dan barangkali ada yang turun disana atau ambil penumpang di setiap pemberhentian. 


Susahnya kalo naik bis atau di perjalanan, saya paling rempong kalo soal buang air kecil. Ya, saya suka ga betah kalo ke toilet di dalam bis atau di kereta. Nah waktu istirahat saya manfaatin untuk ke toilet di stasiun kereta. Waktu itu berhenti di Hannover Haufbahnhof trus saya sama salah satu temen langsung ngacir ke stasiun kereta Hannover. Waktu itu sang supir bilang waktu istirahat sekitar 15 menit. Jadi kami ngacir buru-buru, karena lumayan jauh juga dari pemberhentian bis ke dalam stasiun. Hujan juga saat itu dan harus nyebrang beberapa lampu merah. Di toilet buru-buru banget, trus harus bayar 1 Euro untuk masuk toilet (mahal ya, hahaha). Trus tadinya mau sekalian jajan apa gitu, takut supirnya ngamuk (kayak di Indo kan gitu ya, supir suka marah-marah kalo kita lama, hahaha). Eh pas sampe bis udah ngos-ngosan, si supir malah masih makan (ampun, tau gitu tadi ga pake acara lari-lari). 

Saturday, January 18, 2014

Ini tho, kotanya Pak Habibie menuntut ilmu?

Tahu dong siapa Pak Habibie? Gak tau? Masa? Kan ada filmnya di bioskop, judulnya Habibie dan Ainun. Pasti udah inget dong. Kalau film mah cepet yak ingetnya, hehehe. Ya, Pak Habibie adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga setelah Pak Soeharto. Beliau juga terkenal dengan julukan pembuat pesawat terbang atau sosok ilmuwan konstruksi pesawat terbang. Wah, keren ya beliau, jenius sekali. Selain itu, beliau pernah studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang di RWTH (Rheinisch-Westfälisch Technische Hochschule) Aachen, Jerman. Nah, mumpung saya ada di Jerman nih, jadi saya mau tahu dong gimana sih kota menuntut ilmunya Pak Habibie itu. Kebetulan ada salah satu teman saya yang kuliah di sana juga dan kos di daerah sana pastinya. Jadi saya ada kesempatan untuk "numpang" beberapa hari di kosannya dan keliling melihat indahnya kota Aachen itu.

Aachen merupakan salah satu kota di Jerman di negara bagian Nordrhein - Westfalen (NRW). Waktu itu saya kesana berdua dengan salah satu teman saya yang tinggal di Karlsruhe. Saya berangkat dari Albstadt waktu itu ke Bregenz, Austria terlebih dahulu. Karena ada sesuatu hal saya harus kesana, lalu setelah dari Bregenz saya menjemput teman saya di Karlsruhe menuju Aachen. Karena tiket kereta di Jerman terbilang mahal, saya bersama teman menggunakan tiket Quer durchs land (tiket yang bisa digunakan untuk ke kota manapun di Jerman) dengan ketentuan hanya bisa naik kereta yang waktu jarak tempuhnya tidak cepat, jadi yang sedang-sedang aja. Trus jika kita beli tiket untuk kita sendiri, artinya kita bepergian seorang diri, maka harga tiket ini 44 Euro. Tapi jika kita pergi untuk 2 orang, maka harga tiket ini menjadi 52 Euro (ini berlaku 2 orang). Begitu pun seterusnya berkelipatan 8 Euro jika menambah satu orang lagi dengan kapasitas maksimu 5 orang saja. Tiket ini bisa digunakan pada hari Senin-Jumat di semua wilayah Jerman. Cuma tiket ini ya hanya berlaku pada hari itu juga, dimana saat kita melakukan perjalanan itu. So, jadi saya mau ga mau harus nyamperin temen yang di Karlsruhe menuju Aachen, karena tiketnya berdua itu. 

Thursday, January 16, 2014

2nd Holiday in Europe = "AMBURADUL"

Di penghujung akhir tahun lalu, tepatnya Desember 2013, saya alhamdulillah dapat jatah liburan lagi selama dua minggu. Saya nggak akan menyia-nyiakan waktu liburan ini. Yup, it's time to explore Europe again!. 

Rencana saya kali ini udah bulat banget HARUS ke Paris, Perancis. Ga tau kenapa yang katanya orang-orang Eiffel bener-bener bagus dan Paris kota yang romantis, jadi saya ikut penasaran. Trus banyak yang bilang juga ga ke Eropa kalo ga ke Paris. Waduh....
So, saya dari jauh-jauh hari sebelum waktunya liburan, udah hunting tiket ke Paris. Trus udah tanya-tanya temen, barangkali ada yang mau kesana juga. Jadi kan ga sendiri (biar ada yang motoin pas jalan-jalan, hahaha modus!!!). Oke, cerita perjalanan saya di Paris nanti akan saya tulis di entri selanjutnya aja ya.

http://www.eramuslim.com
Selanjutnya selain ke Paris, saya masih bingung mau kemana lagi untuk tujuan liburan kali ini. Tadinya emang mikir mau ke Munich. Tapi temen yang tinggal disana ga bisa 'nampung' saya, katanya ke duluan sama temen yang lain. Jadi saya urungkan niat ke Munich. Tujuan selanjutnya saya mau ke Brussel, Belgia. Kata gastmutter saya Brussel bagus banget. So, penasaran dong saya... Tapi lagi-lagi bingung kendala untuk menginap (maklum harus bener-bener irit liburan kali ini, ga mau ke ulang waktu summer kemarin abis budget banget). 

Ga lama saya tanya ke salah satu temen, dia katanya pengeeeennnnn banget ke Paris. Trus dia juga baru aja sampe Jerman, tho belum pernah kemana-mana. Jadi dia bilang mau banget ke Paris karena itu salah satu impiannya untuk bisa kesana. Oke, kita udah saling kontak-kontakan dengan tujuan menyatukan visi dan misi ke Paris. Dia kebetulan juga aupair trus dia cerita ke gastmutter dia kalo dia mau banget liburan ke Paris. Dan gastmutter dia setuju dengan waktu yang kita udah sepakati juga yaitu pas akhir tahun, jadi rencana mau tahun baru-an di Paris (ceileee, gaya yak!). Ini juga atas kemauan bersama lho ya, ga ada salah satu pihak yang dipaksa atau terpaksa ikut, jadi intinya kita sama-sama mau. Karena saya udah cek tiket untuk ke Paris yang ternyata lumayan amat sangat mahal (nah lho bingung kan, intinya mah mahal) belum lagi penginapan n makan segala macem, jadi saya udah sempet nyerah juga. Soalnya nih temen pengennya yang bener-bener budget murah. Gak lama dia kasih kabar gastmutter dia nawarin ada tur travel di Jerman yang nyediain paket tur ke Paris pas tahun baru. Tanpa pikir panjang, saya ikut aja apa kata dia. Tapi disinilah letak kebodohan saya (aduh, malunya ngakuin itu *tutupmuka*). Saya terlalu mempercayai orang lain. Ternyata gastmutter dia udah nge-booking tiket untuk dua orang paket tahun baru ke Paris. Sekarang adalah waktunya untuk pembayaran dong. Nah, disinilah konflik terjadi. 

Saya dihubungi oleh teman saya katanya harus transfer uang muka ke pihak travel untuk memastikan keikutsertaan kita tur ke Paris. Saat itu saya lag bener-bener sibuk banget, jadi saya tanggepin oke nanti malam kita bicarain lagi (saat itu dia hubungi saya di siang hari). Selanjutnya beberpa jam kemudian dia hubungi saya lagi, bilang kalo gastmutter dia maunya dia balik ke Indonesia (memang saat itu dia ada konflik dengan host family dia, yang saya ga pikir panjang itu tuh yang ini). Sebenernya saya udah khawatir juga karena dia sedang ada masalah dengan host familynya tetapi dia tetep nekat mau pergi jalan-jalan. Cuma saya udah hilangkan perasaan khawatir saya karena dia bilang gastmutter dia juga meyakinkan kalo dia boleh pergi dan yang membuat saya percaya adalah ketika sang gastmutter membantu booking tiket kami (jadi saya ga salah juga dong, tho tetep khusnudzon sama beliau dan temen juga). Ternyata temen bilang gastmutter berubah pikiran saat itu. Akhirnya saya merasa kecewa juga, tho tiket sudah di pesan, kalo ga jadi pergi maka kita harus bayar pembatalan ke pihak travel. Oh My Godness... 

Sudah beberapa hari teman saya tidak menghubungi saya lagi. Sekitar tiga atau empat hari saya hubungi dia tidak bisa. Tiba-tiba setelah empat hari itu dia akhirnya memberikan kabar bahwa dia terbaring lemas di RUMAH SAKIT. Astaghfirulloh....
Sempet kaget plus lemes juga dengernya. Malah lagi ada pemesanan tiket yang harus di cancel, eh di saat yang bersamaan dia harus masuk rumah sakit. Dia sakit yang lumayan berat, sakit di bagian jantung serta paru-paru. Sempet koma juga beberapa hari. Yang saya heran dari percakapan dia selama di rumah sakit, dia merasa baik-baik aja. Atau memang mengalihkan penderitaan dia atau memang dia merasa lebih baik atau apa saya tidak tahu. Yang jelas saat itu yang tadinya saya ingin marah-marah karena harus cancel tiket tapi berbalik menjadi rasa iba terhadapnya.

Saat itu dia bilang, apa saya sudah menerima email dari gastmutter dia. Saya jawab belum, memang tidak ada email dari pihak travel atau gastmutter dia tentang masalah pemesanana tiket saya ini. Ga lama setelah temen kasih kabar, ada email masuk ternyata dari gastmutter dia. Oh ya, sampai saat itu saya belum tahu apakah tiket sudah dibatalkan atau belum. Yang jelas, tadinya saya berpikir, biar hanya teman saya saja yang tidak pergi, maka saya tetap pergi. So, I'm not canceled this packet tour. Tapi.... gastmutter dia sudah membatalkan tanpa bertanya kepada saya terlebih dahulu dan itu sudah dalam jangka waktu yang lama, saat di hari pertama teman saya masuk rumah sakit. Dan dia baru email saya dan isi emailnya sangat-sangat menyesakkan hati. Beliau berkata teman anda sekarang berada di rumah sakit. Saya sangat khawatir dengan teman anda, maka saya akan mengirimnya untuk pulang ke Indonesia. Saya akan membayar tiket pulang teman anda. Tetapi karena anda dan dia sudah memesan tiket ke Paris dan harus dibatalkan karena dia masuk rumah sakit, maka mau tidak mau harus membayar pembatalan tiket ini. Karena saya sudah membayar tiket pulang ke Indonesia untuk dia, maka saya harap anda mau membantu untuk membayar tiket pembatalan ini. Saat ini teman anda tidak punya banyak uang. What??? Saat itu saya rasanya lemas seketika. Oke kalau biaya pembatalan tiketnya hanya 10 Euro ga masalah. Tapi ini untuk berdua saja totalnya senilai 135 Euro. Coba aja kalo di Rupiahkan menjadi berapa juta? Belum liburan tapi udah harus ngeluarin uang sebesar itu. Memang saat itu saya juga tidak tega dengan teman saya, istilahnya bagi dia sudah jatuh tertimpa tangga. Dan benar adanya dia saat itu tidak punya banyak uang, ditambah dia harus measuk rumah sakit. Saya sempat terbesit untuk membayarkan biaya pembatalan dia separuhnya. Tapi saya kaji ulang, saya harusnya bisa terus lanjut jalan-jalan, tetapi kenapa saya harus ikut-ikutan cancel perjalanan ini. Akhirnya saya email langsung ke pihak travel, bahwa saya tetap pergi dan hanya teman saya yang membatalkan. Jadi saya pun akhirnya terdaftar kembali dan teman saya harus membayar pembatalannya.

Beberapa hari kemudian, teman ngaji saya disini hubungi saya. Katanya ada acara wintercamp di Berlin. Sebenarnya ini acara untuk mahasiswa mahasiswi muslim di Jerman. Tapi saya pikir saya belum pernah ke Berlin, jadi saya meng'iya'kan ajakan teman ini. Trus saya cerita ke dia bahwa saya ada masalah dengan teman pada saat pemesanan tiket ke Paris. Setelah cerita semuanya panjang lebar, dia bilang dia juga mau ke Paris sebenernya. Dia bilang mau menggantikan posisi teman yang harus bayar cancel itu. Jadi berniat membantu teman saya yang di rumah sakit itu untuk meringankan pembayaran biaya pembatalan (mulia ya niatnya, membantu saya dan teman saya yang sakit juga). Akhirnya saya seneng dong dengernya, tho jadi ada temen untuk ke Paris, trus temen saya yang sakit juga teringankan bebannya. Langsung saya hubungi teman saya yang di rumah sakit. Saya bilang ada teman yang gantiin kamu untuk pergi ke Paris, jadi kamu ga bayar pembatalan. Eh temen yang di rumah sakit malah kelamaan mikir, dia harus bilang gastmutternya dulu. Oke, saya tunggu keputusan dia. Singkat kata, akhirnya temen saya yang di rumah sakit cuma bayar 35 Euro. Karena pihak travel meminta biaya perubahan nama sebesar 35 Euro dan karena teman ngaji saya harus membayar biaya perjalanannya, maka kita sudah sepakat, yang membayar biaya perubahan nama adalah teman saya yang sakit. 

So, udah clear dong masalahnya? Ya udah beres sih, tapi.... Ga cuma sampai disitu aja keruwetannya, di setiap perjalanan saya kali ini, banyak sekali kejadian-kejadian aneh lainnya. Walaupun ga semuanya berjalan aneh sih, ada serunya ada menariknya juga. Nah, apa aja keanehan yang terjadi selama perjalanan kali ini? Nanti ya, saya bahas di postingan selanjutnya. 

 See you ^^
Albstadt Ebingen, Germany pkl 21.00 

Wednesday, January 15, 2014

2014? Oh no, I'm 24 years old!

Wah sudah lama tidak menulis blog ini lagi. Sepi rasanya. Sebenarnya banyak hal yang saya ingin ungkapkan di blog ini. Tetapi seperti biasa banyak sekali hambatannya. Hambatan? Yang jelas itu adalaha rasa malas, hahaha. 

http://www.dazzlingwallpaper.com

2014
Waktu memang tak dapat di ulang. Terus berjalan detik menuju menit, menit ke jam, jam berganti hari, hari berubah menjadi bulan bahkan bulan menjadi tahun. Yap, sekarang sudah berganti menjadi tahun 2014. Tak terasa sekali ternyata saya hidup di dunia ini sudah mencapai angka 24 tahun. Di akhir penghujung tahun lalu, tepatnya 30 Desember 2013 saya sudah berumur 24 tahun. Seakan masih berpikir, apa yang sudah saya lakukan di usia saya sekarang ini. Belum ada apa-apanya, belum ada yang bisa di apresiasikan dari kehidupan ini apalagi di hadapan Sang Pencipta. Tetapi saya yakin jika diri berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik, maka in syaa Allah ada hal yang dapat dibanggakan terutama baik di mata Allah. 

Banyak hal serta kejadian yang sudah saya lewati di tahun 2013 lalu. Semua sangat-sangat berkesan. Ya, salah satu impian saya telah terwujud di tahun lalu. Di awal tahun 2013 saya masih bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah dealer motor ternama di Indonesia. Jika dipikir ulang, saat itu posisi saya bekerja sudah cukup baik. Menjadi salah satu staf keuangan dengan teman-teman satu divisi yang sudah saling akrab. Banyak di antara teman-teman angkatan saya yang menginginkan pekerjaan pada saat itu. Maklum karena kami fresh graduate dan tidak mudah mencari pekerjaan di kota besar seperti Jakarta. Tetapi tiba-tiba saya memutuskan untuk mengundurkan diri karena satu hal yang bernama au pair. Mengapa? Banyak teman-teman saya yang menyayangkan hal ini. Ada yang bilang, "Ngapain des, udah enak juga kerja, posisi bagus, rumah deket ke kantor, kok tiba-tiba malah resign?." Ya memang benar yang mengatakan hidup itu adalah pilihan. Dimana jika kita sudah berada di zona nyaman yang biasanya orang berpikir itu sudah bagus, tetapi terkadang diri kita tidak merasa puas atau ada sesuatu yang belum merasa nyaman. Dan ada hal yang lebih menantang yang ternyata ingin kita coba. Setelah merasakan zona nyaman, kita ingin mencoba hal yang lebih menantang. Setelah saya memikirkan matang-matang untuk memutuskan menjadi seorang au pair itulah dimana saya ingin merasakan hal yang lebih menantang. Maka pilihan itu saya ambil, walaupun harus mengorbankan zona nyaman saya sebelumnya yaitu sebagai wanita karir. Lalu harus mengorbankan apalagi? Setelah hampir 4 tahun saya meninggalkan ibu saya untuk menempuh pendidikan di Bandung. Dan sekarang harus meninggalkannya kembali selama kurang lebih 2 tahun. Benar-benar pilihan.

Di penghujung bulan Maret 2013 saya terbang ke Jerman. Ya, sampai saat ini saya masih di negara ini. Alhamdulillah saya tidak menyesal mengambil pilihan jalan hidup saya seperti ini. Saya sudah berencana tentang kehidupan saya. Dan memang benar, Allah-lah yang Maha menentukan. Ternyata Allah menentukan juga seperti ini. Selama kurang lebih 10 bulan saya tinggal di kota Albstadt, Jerman. Sebagai orang yang "menumpang" tinggal dengan keluarga asing banyak sekali suka dan dukanya. Awalnya saya belum terbiasa tetapi makin lama saya jadi biasa dan semakin cinta disini (ini bahaya nih, lupa sama ibukota sendiri, hehehe). Mempunyai keluarga baru yang bisa mempercayai kita di dalam rumahnya untuk tinggal bersama dan mempelajari budaya serta bahasanya, saya sangat-sangat bersyukur bisa mengenal keluarga ini dan menjalankan kegiatan sebagai au pair. Tidak hanya bisa mengunjungi kota-kota ternama di Jerman, tetapi saya sudah bisa mengelilingi benua Eropa (ya walaupun hanya beberapa negara). Yang jelas, saya hanya bisa bersyukur, Allah memberikan kesempatan luar biasa yang tidak bisa di dapat oleh siapa pun sesuai kehendakNya dan saya salah satu yang beruntung mendapatkan kesempatan itu. ALHAMDULILLAH.... 

Lalu apa yang saya harapkan di tahun ini? 2014?

Saya masih penasaran di bumi Eropa ini. Masih banyak yang harus saya kunjungi disini. Saya berharap masih bisa terus menapaki bumi Allah yang lain, mencari keajaiban-keajaiban sejarah Islam di tanah Eropa. Walaupun disini mayoritas beragama non muslim, tetapi saya yakin Allah punya maksud menciptakan makhluknya di belahan dunia manapun. 
Masih ingin mempelajari bahasa Jerman agar lebih lancar. Mempelajari budaya yang patut dicontoh itu adalah keramah-tamahan penduduk disini. Saling menyapa satu sama lain. Dan membudayakan ucapan-ucapan yang ringan, seperti terima kasih, selamat pagi, itu sangat mudah diucapkan tidak berbayar juga, tetapi kebanyakan orang Indonesia sungkan mengucapkannnya. Pola hidup sehat yang mereka jalani. Mereka tidak sungkan untuk naik sepeda atau pun sekedar jalan kaki sambil membawa anjing mereka, karena mereka sadar itu pola hidup yang sehat. Yang terpenting disini juga belajar hidup DISPLIN. Semua dijalankan teratur sesuai waktu yang ditentukan, jadwal bis, jadwal kereta. Ini menunjukkan bahwa mereka sangat-sangat menghargai waktu. Jadi dsini tidak ada yang namanya budaya "ngaret".  Satu hal yang ingin saya wujudkan di tahun 2014 adalah menikah. In syaa Allah saya akan perbaiki diri untuk lebih baik. Dan masih terus berharap untuk lebih baik ke depannya dan meningkatkan ketaqwaan juga kepada Allah. Di Jerman sangat terasa sekali jika kita memohon bantuan kepada Allah. Karena apa yang kita rasakan disini sangat berbeda dengan yang dirasakan di negara sendiri. Tetapi pertolongan Allah selalu datang kapan pun dan dimana pun kita berada. Karena bumi serta isinya adalah milik DIA. 


Yang penuh dosa serta mengharap belas kasihMu,
Albstadt Ebingen, Germany (22.00 waktu Jerman)