Blogger Widgets Assalamu'alaykum, Willkommen, 안녕하세요, Selamat datang di Blog Desy!

Total Pageviews

Friday, December 19, 2014

Orang-orang ini berhati Malaikat

Kadang masih berpikir betapa baiknya Allah terhadap saya. Alhamdulillah selama hampir dua tahun hidup di Eropa saya selalu bertemu dengan orang-orang yang baik. Padahal tak jarang juga mendengar banyak yang diperlakukan buruk oleh orang asli pribumi sini atau bahkan sesama pendatang dari negara lain. Jujur, saya akan menceritakan pengalaman bertemu orang yang mungkin dikirim oleh Allah untuk membantu saya walaupun pertolongan itu bagi sebagian orang dianggap hal yang biasa. Tetapi bagi saya ini adalah hal kecil yang bermakna luar biasa. Saya menjadikan hal ini sebagai pelajaran hidup bahwa di mana pun kita berada, lakukanlah hal-hal baik yang bermanfaat untuk orang lain. Saya selalu berpikir mungkin orang yang menolong saya merupakan teguran dari Allah bahwa saya harus lebih giat lagi berbuat baik kepada orang lain. Noted!

Dulu saya takut jika pergi ke suatu negara di mana negara tersebut menjadikan saya sebagai minoritas (red: muslimah) maka saya akan diperlakukan buruk. Nyatanya sampai di sini, rasa buruk sangka serta takut itu hilang. Bayangkan banyak orang di sini yang saya tidak kenal sama sekali tetapi memiliki hati yang baik serta tulus untuk membantu.

#Kisah pertama

Saat itu saya akan menghadiri acara kultur dan budaya Indonesia di Munich. Saya naik tram menuju lokasi dan saya sama sekali tidak tahu di mana persis tempat acara. Hanya bermodalkan nama jalan serta nama gedung. Sampai di pemberhentian tram terakhir, saya linglung nggak tahu mau ke arah mana. Saya tanya seorang nenek yang juga turun di halte yang sama. Namun beliau tidak tahu pasti alamat yang saya tanyakan. Saya lihat di seberang halte ada kios kecil. Awalnya saya ingin bertanya ke pemilik kios, tetapi ada dua ibu-ibu baru saja keluar dari kios tersebut. Langsung saya menghampiri mereka dan bertanya alamat yang saya maksud. Salah satu ibu bilang bahwa halte yang baru saja saya turun itu lumayan jauh dari alamat yang saya akan tuju. Jika berjalan kaki juga jauh karena naik tram pun harus melewati dua halte. Tanpa basa basi ibu tersebut langsung bilang kamu ikut mobil saya ya, saya antar kamu ke alamat tersebut. Dalam hati, hah? baik banget ibu ini. Saat mau masuk mobilnya tampak di kursi belakang banyak barang belanjaan (boneka gede-gede). Ibu itu langsung beres-beres biar saya bisa duduk sambil bilang, "maaf ya ini banyak barang, nggak apa-apa kan?". Saya langsung jawab, "nggak apa-apa, di antar juga sudah terima kasih banget." Perlu diketahui ibu-ibu ini orang asing (bisa jadi orang asli Jerman atau apa yang pasti bule) dan mereka baik banget. Kenal juga nggak tapi rela nganterin naik mobilnya pula. Jadi mikir, di Indonesia masih ada nggak orang sebaik ini? Pasti ada ya, insya Allah. Di mobil berbincang sedikit, ibu itu tanya memang saya ada maksud apa ke alamat tersebut. Saya jawab bahwa ada acara kultur dan budaya Indonesia. Saya sempat ajak mereka juga, sayangnya mereka ada acara lain malam itu. Sampailah saya di tempat acara lalu ibu itu dan temannya bilang semoga sukses dan menikmati acaranya. Ya ampun ibu itu bikin saya terharu. Lagi-lagi saya mau menangis atas kebaikannya sudah mau mengantar saya ke tempat acara. Semoga beliau mendapat balasan dariNya. 

#Kisah kedua

Yang ini lain cerita lagi. Waktu itu saya dengan adik asuh di Jerman sedang jalan-jalan sekitar kawasan rumah hendak ke taman bermain (playground). Berhentilah kami di sebuah rumah nan asri dengan kebun bunga di depannya. Ada seorang opa sedang menyiram bunga di kebun tersebut. Lalu menyapa kami dan beliau tertarik mengajak ngobrol adik asuh saya (saat itu berumur 2,5 tahun, lagi lucu-lucunya belajar ngomong). Lalu opa itu juga bertanya kepada saya yang berasal dari mana dan menyangka adik asuh saya adalah anak saya, hahaha. Nggak lama keluar oma (pastinya ini istri opa, hehehe) bawa gummibärchen (permen bentuk beruang kecil kayak yupi) lalu memberikannya ke adik asuh. Asyik ngobrol juga dengan mereka sampai oma lupa sedang masak di dapur (baunya wangi banget pas banget jam makan siang). Saat saya mau pamit, mereka menawarkan makan siang di rumahnya sekalian  melanjutkan obrolan. Tapi dengan berat hati saya menolak tawarannya, karena kondisi saya juga kerja dan bersama adik asuh. Tampak mereka agak sedih juga (pede banget big grin). Dan mereka menawarkan dengan senang hati kalau saya bisa lain kali berkunjung ke rumahnya. Lagi-lagi saya berpikir, kenal juga nggak, baru kenalan hari itu tapi mereka sudah berbaik hati mengajak silaturahmi. Baik banget oma dan opa itu. Semoga sehat terus ya oma dan opa.

#Kisah ketiga

Ada lagi yang ini berawal kenal dari teman yang lebih dulu tinggal di Jerman di daerah yang sama. Singkat cerita teman pernah ketemu dengan keluarga keturunan asli Turki di sebuah supermarket. Lalu teman saya diajak ke rumahnya dan makan siang bersama. Karena teman sudah kembali ke Indoenesia, sebelum saya berangkat ke Jerman, dia nitip kerudung untuk diberikan ke ibu dan anak gadis di keluarga Turki itu. Lalu saya berkenalan dengan anak gadis Turki tersebut yang masih sekolah mungkin SMA kalau setara di Indonesia. Dan saya bilang saya mau memberikan titipan barang dari teman saya. Memang keluarga tersebut sangat baik, saya dihubungi langsung oleh ayahnya lewat telepon untuk datang ke rumahnya. Sampai suatu hari saya berkunjung, seperti biasa berbincang-bincang. Mereka bersahabat banget dan bilang menganggap keluarga sendiri. Terutama kami sama-sama muslim. Saya dijamu makanan khas Turki yang enak banget dengan porsi besar (kenyang banget). Mereka juga berterima kasih kepada teman karena sudah memberikan kerudung yang bagus khas Indonesia. Saat saya mau pulang, mereka memberikan saya pashmina cantik sebagai kenang-kenangan dari mereka. Dan tentunya mereka berharap saya selalu berkunjung ke rumahnya. Pintu rumah mereka selalu terbuka untuk saya, kata ayah dan ibu di keluarga tersebut. Sempat juga saya dan dua anak gadisnya pergi mengaji bersama di masjid. Karena ibu mereka bilang, anaknya belum pandai mengaji mungkin saya bisa membantu dan menyemangati anaknya untuk belajar. Jadi kangen mereka, baik banget deh keluarga Turki ini. Semoga mereka selalu dalam lindungan Allah SWT. 
Bersama Ibu dan Bapak keturunan Turki

Bersama anak-anak dari keluarga keturunan Turki 


#Kisah keempat

Kalau satu ini seru juga jika diingat. Saya dan teman nekat banget deh. Waktu itu kami (saya dan teman) traveling tujuan Cordoba. Karena perjalanan yang ditempuh menggunakan kereta dari stasiun Rotterdam di Belanda. Bayangin aja pasti lama banget, dari ujung ke ujung. Mau nggak mau kami harus umsteigen (pindah-pindah kereta) di beberapa stasiun. Belum lagi kami ala backpacker banget, sebisa mungkin irit untuk masalah reservasi kursi di kereta milik Perancis (TGV) yang terbilang nggak bersahabat harganya dengan kantong kami. Kami sudah melewati stasiun Antwerpen di Belgia, lalu pindah kereta menuju Paris Nord. Di sini kami bener-bener harus cepat-cepat membuat keputusan karena kami belum reservasi kursi (tiket sudah ada di tangan menggunakan interrail cuma belum reservasi kursi di kereta-kereta tertentu dan biasanya kereta cepat). Kami butuh banget jaringan internet untuk cek kereta karena sudah tanya ke bagian informasi tiket di Paris kalau kereta ke Barcelona malam itu sudah nggak ada. Kereta baru ada di pagi hari. Kami pun memilih untuk diskusi dulu dan tidak reservasi tiket saat itu juga. Saya ingat winter tahun 2013 lalu ke Paris juga. Dan di Louvre menyediakan WiFi gratis di bagian bawahnya (seperti mal atau plaza). Langsung cari jalur kereta yang nggak mengharuskan kami reservasi tiket. Sempat terpikir mau menginap semalam di Paris. Sudah browsing penginapan tapi mahal-mahal dan banyak yang full booked juga. Alhasil kami membuat keputusan bahwa kami nekat melanjutkan perjalanan dengan kereta tetapi resikonya kami tidur gelandangan di stasiun kereta di mana nantinya kami akan umsteigen lama karena itu kereta terakhir. Kereta selanjutnya baru ada lagi jam 6 pagi dan itu juga belum langsung ke Barcelona, tetapi ke daerah terpencil di Perancis bagian selatan. Sekitar jam 12 malam sampailah kami di stasiun kecil di Perancis (lupa nama stasiunnya, lupa foto juga). Penumpang kereta lain sudah menuju destinasinya masing-masing. Lalu kami? Ya, hanya kami di stasiun tersebut. Ternyata ruangan untuk menunggu kereta terkunci. Maka kami tidak bisa masuk, mau nggak mau tidur di bangku luar nih, siap-siap masuk angin (walaupun summer tetep dingin kalau malam). Nggak lama datang bapak tua sepertinya beliau yang bertugas malam itu di stasiun. Beliau bertanya tetapi dalam bahasa Perancis. Kami kebingungan apa yang beliau omongin. Takutnya kami nggak boleh di stasiun. Mungkin beliau juga bingung karena kami bertanya balik dengan bahasa Inggris dan bahasa isyarat pun sudah dilakukan. Beliau memanggil temannya yang bisa berbahasa Inggris terlihat keturunan kulit hitam mungkin berasal dari Afrika. Kami jelaskan bahwa kami menunggu kereta jam 6 pagi tetapi kami tidak mempunyai tempat untuk menginap. Maka kami ingin menunggu kereta di stasiun. Orang Afrika itu berbicara menjelaskan ke bapak tua. Lalu bapak tua langsung bergegas mengambil kunci ruangan, agar kami bisa menunggu di dalam ruangan atau tidur di dalam walaupun dengan bangku besi yang bisa di bayangkan untuk tidur gimana. Kami langsung bilang merci (cuma itu doang tahunya bahasa Perancis sama bonjour, hahaha). Bapak tua juga kasih koin untuk ke toilet jadi kami bisa ke toilet (toiletnya harus bayar dengan masukin koin nanti pintunya baru bisa ke buka). Baik banget kan bapak itu. Alhamdulillah, kami bersyukur banget bisa ketemu orang baik di saat keadaan mendesak gitu. So, malam itu kami tidur di bangku besi beralaskan bantal ransel. Sayangnya, saat pagi kami nggak bertemu lagi dengan bapak tua yang baik hati. Jadi nggak bisa mengucapkan selamat tinggal serta terima kasih kembali. Pengalaman seumur hidup yang nggak akan terlupakan deh. 

#Kisah ke lima

Awalnya saya sempat berkenalan dengan wanita ini. Dia berasal dari India dan bekerja di Zurich, Swiss. Saya bertemu dengan dia di salah satu hostel di Vienna. Waktu itu kami menyewa kamar yang sama dan dia sangat ramah sekali orangnya. Saat perpisahan (saya dan dia mau check out dari hostel) dia menawarkan jika ingin ke Swiss hubungi dia. Saya tetap keep contact dengannya setelah lama tak bertemu. Lalu liburan summer tahun ini saya mengunjungi Swiss dan tanpa basa basi saya menghubunginya (seminggu sebelum sampai di Swiss) bahwa saya akan menumpang di tempatnya. Sampailah saya dan teman di kamar sewa miliknya di sekitar Zurich. Saya dan teman disuguhi makanan yang enak banget khas India. Ada kuah kari yang pedes tapi enak banget. Trus paginya dikasih sarapan roti canai alamak sedap nian. Sampai saya dan teman itu mau keliling Swiss disuruh bawa bekal makanan dari kulkasnya. Apa yang saya dan teman inginkan tinggal ambil aja. Sayangnya dia nggak bisa mengantar kami untuk jalan-jalan, karena dia harus bekerja saat itu (bukan weekend). Kalau kami pulang sebelum dia pulang dari kantor, kunci kamarnya pun diletakkan tersembunyi di kotak pos. Percaya banget ya ini orang sama orang yang baru dikenal. Saat malam nggak usah mikirin makan malam. Dia sudah memasak untuk kami bertiga dan makannya sambil nobar drakor (nonton bareng drama korea) pula. Saat hari terakhir ingin pamit dia juga membekali saya makan untuk di perjalanan. Dia tahu saat itu saya akan naik kereta dan menempuh perjalanan panjang kurang lebih lima jam. Hmmm... sedapnya kari buatan dia. Wanginya mungkin mencemari isi kereta, hahaha. Terima kasih teman, semoga bisa berjumpa kembali. 
Saya dengan teman yang berasal dari India

Dan masih banyak lagi kisah-kisah lainnya dari orang-orang berhati malaikat ini (baca juga postingan sebelumnya klik di sini ). Tidak hanya orang asing, banyak juga orang sesama Indonesia yang sangat baik hatinya dan kami dipertemukan di tanah Eropa padahal di Indonesia kami tidak saling mengenal. Mungkin lain waktu saya ceritakan kisah orang berhati malaikat asal Indonesia yang bertemu di Eropa, hehehe. 


Salam Cinta dari Eropa love struck

4 comments:

  1. Wah senangnya bisa ga klo sy k eropa mba desy jd tur guide kita hee

    ReplyDelete
  2. Assalamu'alaikum Mba Desy, salam kenal... Wah seru sekali mengikuti cerita di blok Mba, saya juga sudah add IG dan FB nya krn saya berniat ke Jerman tahun depan tapi masih mau mengumpulkan informasi terlebih dahulu :)
    Semoga nanti kita bisa ngobrol-ngobrol ya Mba, terima kasih :)

    ReplyDelete