Tiba di bandara internasional Corfu “Ioannis Kapodistrias (Capodistrias)” pada siang hari dan saya liburan pada saat musim panas dengan suhu 38-40 derajat Celcius. Kebayang kan panasnya seperti apa?
Bandar udara pulau Corfu terletak tepat di tepi laut dan sangat kecil. Mungkin seperti bandar udara Husein Sastranegara di Bandung. Tetapi ini lebih kecil sedikit dibandingkan bandar udara di Bandung. Tidak ada lorong-lorong panjang yg harus dilewati, tidak ada pertokoan dan duty free atau bahkan restoran. Saat turun dari pesawat langsung berjalan menuju bangunan mini dan langsung bertemu lingkaran hitam yang ternyata tempat pengambilan bagasi dan tersedia hanya dua tempat.
Setelah mengambil bagasi, saya dan teman langsung keluar bandara berharap pihak hostel sudah siap di sana. Ternyata saat kami telepon, pihak hostel yang memang menyediakan jasa antar jemput ke bandara ini baru saja menjemput rombongan lain dan baru akan kembali ke bandara satu jam kemudian. Alhasil saya dan teman menunggu di depan bandara sambil melihat pemandangan sopir taksi yang lalu lalang di sekitar bandara.
Kerkyra (Corfu) Airport |
Hostel SunRock, Pelekas
Penantian selama satu jam akhirnya pihak hostel datang dan langsung membawa kami menuju lokasi hostel. Tak disangka, setelah melewati jalanan kota yang terbilang masih cukup normal, sekarang saatnya jalanan terjal yang berliku-liku layaknya melintasi tepi jurang. Ya, jalan menuju hostel banyak tikungan tajam lalu kami disuguhi pemandangan laut yang MasyaAllah indahnya. Rasa takut seketika langsung hilang. Sopir yang membawa kami ternyata adalah bapak pemilik dari hostel yang sudah sangat berpengalaman mengendarai dengan tanpa cacat suatu apapun. Sesampainya kami di hostel, langsung disambut wanita berparas cantik berumur sekitar 35 tahun ke atas. Kami disuguhi welcome drink dan hostel ini adalah usaha keluarga. Setelah wanita cantik memberikan welcome drink, lalu dia memperkenalkan ibunya dan segera memberi tahu kami kamar yang sudah kami pesan. Sampai di kamar, kami rada heran, ada penghuni lain di kamar kami, karena sewaktu booking kami pesan hanya untuk dua orang. Ternyata itu adalah penghuni kamar yang pesan di hari sebelumnya dan akan check out keesokan harinya. Alhasil malam itu kami berbagi kamar dengan mereka, satu wanita berbadan tinggi besar asal Ghana dan satu wanita bertubuh langsing asal Perancis. Yang mengejutkan lagi, pihak hostel tidak memberi kunci kamar kepada kami. Setelah kami minta, baru mereka memberi kuncinya dan itu juga mereka terlihat bingung mencari kunci kamar kami disimpan dimana, tetapi alhamdulillah ketemu.
sunset di pelekas dari balkon hostel |
Pelekas beach |
Cuaca yang panas terik sangat terasa hingga ke tubuh. Dan dari semua pengunjung pantai yang ada disana, sayalah yang menjadi pemandangan berbeda dari yang lain. Saya baru ingat, jika memilih tempat liburan ke pulau dan bermain di pantai, serta ini pantai bukan di Indonesia, melainkan di Eropa. Sudah terbayang kan bagaimana? Yang lain asyik membuka auratnya, tetapi saya sendiri yang memakai jilbab. Maka saya dan teman mencari bagian pinggir pantai yang sepi. Teman saya tidak memakai jilbab. Saat perjalanan dari pantai kembali ke kamar, kami bertemu rombongan keluarga yang menyapa, “Assalamu’alaikum, are you from Malaysia?”, sapa seorang bapak tua di keluarga tersebut. Langsung saya dan teman menjawab, “No, we come from Indonesia”. “Oh, Indonesia is beautiful”, lanjutnya.
Saat kembali ke hostel, ibu pemilik bertanya kepada saya, “Are you ok? Not hot?” sambil melirik ke arah kerudung dan pakaian yang saya pakai. “No, I’m ok”. Saat itu pembicaraan selesai. Ternyata ibu belum puas, tetapi beliau tidak bertanya dengan saya, melainkan bertanya kepada teman saya. Teman saya menceritakan ibu bertanya kenapa temanmu selalu pakai penutup kepala dan pakaian tertutup? Tidak panas? Teman saya menjawab dia suka memakainya dan sudah terbiasa seperti itu.
Sekitar empat hari tiga malam kami menginap di hostel ini. Sebenarnya hostel ini bagus, dinilai karena terletak di tepi laut. Kamar yang kami pesan pun terbilang bagus dengan toilet di dalam kamar serta terdapat empat tempat tidur. Hanya saja manajamen hostel menurut saya yang kurang baik. Saat kami sampai tidak langsung di minta untuk pembayaran kamar dan kami pun belum sama sekali membayar uang muka. Begitu percayanya pihak hostel kepada kami, saya dan teman sampai bertanya kepada ibu pemilik. Beliau bilang pembayaran di akhir saja saat kalian check out. Lalu kami spontan bilang bagaimana jika kami kabur, beliau dengan santai menjawab saya percaya dengan kalian anak muda. Dan saat perpisahan dengan ibu, bapak serta anak dan cucu mereka yang ada di hostel, kami merasakan keharuan. Karena mereka sangat baik dan bapak hostel mengantar kami ke pelabuhan. Setelah menjelajah Pelekas serta Corfu Town, kami penasaran dengan pantai indah di pulau seberang Corfu yaitu Pulau Paxos dan Antipaxos.
Penasaran cerita jalan-jalan di Corfu Town, berkunjung ke makam dewa-dewa dan berenang di Pulau Paxos dan Antipaxos? Next post ya, yang sudah baca post ini boleh banget tanya-tanya, komentar, share (boleh banget) atau apapun, monggo...
Salam cinta dari Eropa 

Wow,,, cerita yang menarik, gak sabar baca post selanjutnya:D
ReplyDeleteAhahahaha, danke :)
Delete