Blogger Widgets Assalamu'alaykum, Willkommen, 안녕하세요, Selamat datang di Blog Desy!

Total Pageviews

Saturday, April 4, 2015

Kuputuskan Bangun Cinta, tak lagi Jatuh Cinta

Langbathsee, Austria

Membahas tema cinta memang tidak ada habisnya. Selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikupas tuntas. Dari berbagai sudut pandang bisa berbeda-beda pula untuk mengartikan makna cinta yang sebenarnya. Cinta pun tak selalu hanya untuk seseorang yang sudah mengisi relung di hati *baca si doi*.  Cinta bisa ditujukan kepada siapa pun. Cinta kepada Allah sang Pencipta, Rasulullah, orang tua, suami, istri, anak, bahkan bisa kepada seseorang yang belum jelas (yang pasti bukan hantu) mungkin kelak akan menjadi pasangan hidup (ciyeeee teruntuk yang belum menikah nih dan memilih jomblo sampai dilamar atau melamar). 

Pernah jatuh cinta? Pasti jawabannya beda-beda. Mungkin mayoritas pasti sudah pernah, dong? (sok tahu banget, sih). Jatuh cinta ke siapa tuh? (kepo pula ya). Well, kalau ngomongin jatuh cinta ke lawan jenis (hmmm, mulai deh) rasanya gimana? Sampai yang bela-belain kepo isi wall Facebook si doi, atau lihat upload-an foto terbaru di Instagramnya (serius, bukan pengalaman pribadi kok, hahaha) pokoknya harus tahu berita terbaru si doi. Hmmm yang kayak gini nih, sudah kena virus merah jambu (nge-pink gitu keluar lope-lope love struck di udara, lebay!). Untuk masa puber sebenarnya ya wajar-wajar aja sih punya rasa jatuh cinta, apalagi jatuh cinta pada pandangan pertama (uhuk, uhuk!). Tapi hati-hati pandangan selanjutnya itu bukan lagi anugerah, tapi musibah. Lho, kok musibah? Soalnya virusnya sudah pasti menjalar tuh, hehehe. hee hee

Jika setelah masa puber, tapi masih jatuh cinta? Wah, ini warning disuruh nikah kayaknya (kode ini mah, hahaha). Biasanya ini dirasakan bagi yang sudah lama menjomblo, alias bertekad jomblo aja sampai pada akhirnya menikah. Yup, jadi para jomblowan/wati bertekad tanpa adanya ikatan atau status bernama pacaran. Kalau TTM (teman tapi mesra)? Hmmm, jawabannya ada dalam diri masing-masing aja, deh. 

Terkadang ada perasaan yang tiba-tiba muncul yaitu rasa buih-buih cinta di dalam hati. Karena komitmen yang sudah ditegakkan bahwa inginnya dihalalkan dengan jalan menikah, maka perasaan cinta kepada seseorang tersebut hanya bisa disimpan di dalam hati. Sesuatu yang dirasakan namun tak dapat terucapkan memang menyakitkan. Perasaan terpendam dalam relung-relung hati yang tak dapat diungkapkan. Rasanya jika ada kesempatan memilih, lebih baik tak ingin merasakan jatuh hati. 

Namun, cinta itu fitrah. Setiap insan berhak mencintai dan dicintai. Apakah salah jika diri kita memiliki rasa cinta? Atau salahkah jika ada seseorang yang mencintai diri kita? Cinta bisa datang dengan tiba-tiba tetapi mudah saja baginya untuk hilang dalam sekejap. Istilah benci jadi cinta atau cinta jadi benci itu memang nyata. Karena insan di dunia sudah memiliki rasa seperti itu yang tertanam dalam dirinya. 

Mungkin sebagai contoh tidak langsung memaknai cinta antar lawan jenis laki-laki dan perempuan. Dari hal yang terdekat saja di keluarga misalnya. Dalam satu keluarga ada orang tua bersama ke tujuh anaknya. Dari kecil hingga pada akhirnya berpisah dari orang tua karena anak-anaknya sudah memiliki keluarga masing-masing serta sukses dalam karirnya. Keluarga tersebut semuanya harmonis. Tak ada pertengkaran yang sengit melainkan kasih sayang dan cinta luar biasa antar sesama anggota keluarga. Singkat cerita kedua orang tua dari mereka meninggal dunia. Awalnya sang ayah yang meninggal lalu disusul sang ibu. Lalu apa yang terjadi? Cinta dan kasih sayang yang telah terbina antar keluarga tersebut mulai sirna. Terjadilah sengketa warisan antar mereka. Anak pertama ingin memiliki setengah dari warisan yang ada. Dan anak kedua, ketiga, seterusnya pun demikian. Harta membutakan segalanya. Masing-masing dari mereka pun menumbuhkan rasa kebencian karena perebutan kekuasaan tersebut. Kurang lebih seperti itulah gambaran mengenai perasaan yang cinta kemudian berubah menjadi benci. 

Contoh lainnya, dahulu kala (berasa jadul banget ceritanya), ada seorang wanita dan laki-laki berteman satu kelas di jenjang SMA. Mereka layaknya kucing dan anjing yang sering bertengkar setiap hari. Yang cowok ngeselin suka iseng sama si cewek. Bisa dibilang kayak serial tom and jerry juga, deh. Bertengkar mereka juga bukan yang adu jotos (bahasanya, read: pukul-pukulan). Tapi adu mulut karena cowok jahilnya minta ampun sama si cewek, adu prestasi karena si cowok nggak mau tersaingi kepintarannya dari cewek. Setelah lulus sekolah, mereka dipertemukan kembali dalam arena kampus walaupun beda jurusan. Tak disangka, pertengkaran yang dulu menjadi hal yang sering terjadi kini tak ada lagi pertengkaran. Bahkan terkadang rasa rindu bertengkar pun ada (aneh ya, nggak berantem malah kangen). Ternyata eh ternyata, ada rasa cinta yang tumbuh diantara keduanya. Bahkan sang cowok menikahi si cewek (hmmm, gentle deh si cowok). Jangan ngebayangin mereka hidup rumah tangganya bertengkar terus kayak jaman SMA. Salah besar deh bayangannya, karena benci yang dulu berubah menjadi cinta (so sweet ya...). Cinta pun menghiasi keluarga sepasang cowok dan cewek tersebut yang saat ini sudah dikaruniai penghibur hati pelipur lara, anak-anak yang hadir di tengah mereka. day dreaming

Allah-lah yang membolak balikkan hati seseorang. Tiada yang tahu saat dahulu memiliki rasa cinta yang teramat dalam namun kini hanya kebencian yang tertanam. Begitupun sebaliknya, mungkin dulu benci tiada terkira kepada seseorang namun bisa saja di kemudian hari menjadi sangat mencintai orang tersebut. 

Oleh karena itu jatuh cinta haruslah dikuasai dengan cara yang tepat. Jika terlanjur jatuh, sebaiknya pelan-pelan bangun dari rasa sakit akan jatuhnya itu. Bangun rasa cinta dengan meminta ridha dariNya. Terlebih bagi yang sudah jatuh cinta kepada seseorang dambaan hati. Bangunlah cinta itu semata-mata hanya karena cinta itu harus berlandaskan cinta yang hakiki. Cinta yang didasari karena mencintai sang pemberi Cinta itu. Meminta kepada sang pemilik hati yang menanamkan rasa cinta itu. 

Suatu saat Allah akan mengirimkan ‘hasil’ yang menurutNya baik untuk makhlukNya karena telah membangun cinta yang sebenarnya. Sepandai-pandainya manusia merencanakan sesuatu, Allah-lah sebaik-baiknya penentu atas rencana itu. Yang menurut kita baik, belum tentu menurut Allah baik. Sebaliknya, kita sudah menilai buruk, mungkin saja menurut Allah itu baik bagi kita. Dekatkan hati kepada Allah, meminta padaNya jika si doi memang terbaik untuk diri maka Insya Allah akan didekatkan nantinya. Jikalau tidak baik, Allah akan memberi jawaban terbaik untuk kita. Percayalah, janji Allah itu pasti. 

Yakinlah, Ia akan menghadiahkan seseorang yang mencintaimu,
Tanpa membuatmu lupa untuk mencintaiNya
Bahkan, kau dan dirinya akan bersumpah setia
Untuk setia mencintaiNya
(Jangan jatuh cinta, tapi bangun cinta. Setia Furqon Kholid)

Teruntuk seseorang yang sedang jatuh cinta,
Yang sedang berusaha bangun dari sakitnya jatuh itu,
Berharap segera mendapat ‘hasil’ dari bangun cinta kepada sang pemilik cinta, 
Semoga kelak ‘hasil’ itu yang terbaik,

Jakarta, 5 April 2015

No comments:

Post a Comment