Blogger Widgets Assalamu'alaykum, Willkommen, 안녕하세요, Selamat datang di Blog Desy!

Total Pageviews

Sunday, May 19, 2013

Au-pair in Germany = Learn New Things in Germany

Hal baru.

Sesuatu yang baru pasti akan asing diawal. Seperti halnya perkenalan, diawal kita malu-malu untuk bertanya kepada orang yang baru kita temui. Tetapi setelah beberapa pertemuan, mungkin kita akan terbiasa karena sudah mengenal satu sama lain, berbincang-bincang agar lebih dekat. Setelah itu sudah semakin dekat kita tahu orang itu seperti apa, baik atau tidak. Begitu pula mempelajari hal baru dalam kehidupan yang pada awalnya juga asing.
Memang pelajaran kehidupan tiada habisnya. Selalu ada hal-hal baru yang mesti kita ketahui atau mungkin kita coba untuk kebaikan tentunya dan kita petik hikmah setelahnya. Lalu setelah kita petik hikmahnya maka kita akan berpikir begitulah ternyata hal baru itu. Sudah kita ketahui, coba dan rasakan, terakhir mengambil pelajaran dari hal baru tersebut.


Dan itu ternyata saya rasakan sekarang. Saya tak menyangka akhirnya bisa mempelajari banyak hal baru di negara ini. Mungkin banyak yang bertanya, "Ngapain Des ke Jerman? Lanjutin S2 ya? Kerja ya?," itu bagi yang belum mengetahui tujuan Desy ke Jerman. Lalu kalau yang sudah tahu, berbeda lagi pertanyaannya. "Au pair Des? Ngapain aja? Oh 'cuma jagain anak' doang, kayak baby sitter dong, atau ngapain bantu-bantu pekerjaan rumah tangga jauh-jauh ke Jerman, di Indonesia juga bisa". Banyak sekali yang penasaran mempelajari hal baru apa sih saya di Jerman?

Well, jujur saya sangat beruntung bisa menjadi au pair di Jerman. Oh ya, bagi yang belum tahu arti Au pair, mungkin saya bahas sedikit disini. Banyak yang bilang Au pair macam pembantu atau baby sitter karena memang di lihat dari kegiatannya sedikit mirip. Tetapi saya tidak malu kalaupun ada yang bilang seperti itu. Yang terpenting adalah pembuktian bahwa au pair bukan seperti itu.


Au pair berasal dari bahasa Perancis, yang artinya setara. Setara dengan apa?
Mungkin itu yang jadi pertanyaannya. Bersumber dari cerita salah satu penulis di blog, saya kutip seperti ini:
Dahulu kala, pemuda-pemudi di Eropa dituntut untuk menguasai berbagai keterampilan dan keterampilan itu tidak jarang hanya bisa ditemui disuatu tempat misalnya keterampilan menyulam cuma ada didaerah A , keterampilan bikin roti cuma ada didaerah B , keterampilan elektronik cuma ada didaerah C. Jadi kalau ada anak muda yang mau belajar suatu keterampilan yang tidak ada didaerah dia, maka dia harus pindah ke daerah lain yang memang terkenal ahli sama bidang itu.


Dan... biaya hidup di Eropa dari dulu memang terkenal tidak murah, hehehe. Pemuda-pemudi yang ingin bermigrasi demi mencari keterampilan ini bisa dibilang pas-pasan dari segi ekonomi. Dan akhirnya karena dana yang terbatas inilah gagasan awal Au pair tercipta.
Lalu...
Para anak muda ini "numpang" di suatu keluarga supaya dia bisa tinggal di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Pastinya numpang ini tidak gratis (Biasanya numpang mah free yah, tapi numpang di rumah sodara atau teman x ya, hehehe) Si pemuda ini harus "membayar" ongkos dia tinggal plus makan disitu dengan cara membantu keluarga dimana dia tinggal. Ngebantu beres-beres rumah dan jagain anak.


And then, sama kayak pembantu ?
ehmm... kalau melihat deskripsi tulisan tugas au pair di atas kebanyakan orang Indonesia langsung mengasosiasikan sama pembantu. Ada beberapa Au pair dari Indonesia yang malu mengakui dirinya Au pair karena Au pair masih sering diasosiasikan sama pembantu. Padahal orang-orang Eropa sudah terbiasa dengan istilah itu dan tidak malu untuk mengakui bahwa dirinya itu au pair. Au pair sekarang ini dijadikan wadah untuk memperlancar bahasa negara tujuan dan juga mempelajari kebudayaan lokalnya. Kalau masalah tugasnya , masih sama dengan dulu tapi sekarang lebih menitik beratkan pada tugas menjaga anak.


So, au pair itu :
  • anak muda (umumnya wanita) berusia 18-30 tahun (persyaratan umur bergantung negara tujuan), yang tinggal di negara asing bersama dengan host family selama kurun waktu tertentu (3 - 12 bulan).
  • Host family menyediakan makan & akomodasi, memberikan uang saku €260 - 450 per bulan (besarnya uang saku tergantung aturan negara tujuan DAN kesepakatan antara Au pair dan host family ).
  • Sebagai penggantinya, au pair mengkontribusikan 30- 45 jam kerja per minggu untuk menjaga anak & housekeeping.

Yang tidak kalah penting adalah karena Au pair ini bertujuan untuk mempelajari bahasa dan kebudayaan, Au pair diharuskan mengikuti kursus bahasa dan diberi jatah minimal libur 1 hari/minggu.

Setiap harinya saya banyak mempelajari hal baru disini. Saya bersyukur bisa mengenal keluarga sebaik ini di Jerman. Ya, yang awalnya saya tidak mengenal mereka, saya tidak mengetahui apakah mereka baik atau tidak, tetapi sekarang saya sudah tahu mereka bagaimana. Yang terpenting saya tidak akan menyia-nyiakan waktu saya di Jerman dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dan saya harus menjaga kepercayaan keluarga mereka terhadap saya dengan berbuat baik disini.

Memang hal baru ini tadinya saya takut untuk menjalaninya. Sendiri, jauh dari orang tua, di negeri orang pula. Dan dengan mimpi besar untuk bisa menginjakkan kaki di Eropa serta keberanian yang kuat, maka saya harus menjalani hal baru ini. Tetapi setelah mengenal, mencoba dan nanti akan saya petik hikmahnya di balik ini semua, maka saya akan tahu hasilnya dari hal baru tersebut. And now, I am learn new things here...

Dan kata motivasi yang menurut saya ini sangat bagus:

Do what you want to do; Do what people say you cannot do. If you fail, don't ever give up. Just keep trying. Someday, you will get the results and that results comes from your hard work (Alyssa Soebandono).



Saya dan adik asuh :)


Albstadt, Baden Wuerttermberg, Germany







No comments:

Post a Comment